Waktu
Hari kedua, Waktu berjalan sangat cepat ketika terdesak. Sementara tanpa tekanan, waktu berjalan begitu lambat. Persoalan dalam menjalani hari-hari pada umumnya adalah apakah Amarta bisa benar menikmati dan menjalani hari-hari tersebut dengan kesadaran penuh. Semakin sadar dengan apa yang kita hadapi setiap hari, semakin terasa terdesak fikiran kita untuk melakukan sesuatu.
Beberapa contoh, Ketika kita menyadari bahwa hari-hari kita memiliki kewajiban ibadah. Orang muslim punya 5 waktu ibadah dalam 24 jam, dengan menyadari penuh, desakan untuk bersyukur kepada tuhan, waktu tidak terbuang sia-sia. Ketika mendapatkan proyek sekolah -esai, tulisan, konstruksi miniatur dsb-, fikiran kita dihabiskan untuk fokus padanya dalam beberapa hari. Kepala kita diisi oleh "bagaimana proyek ini akan menjadi sempurna" daripada "jam berapa ini". Ketika bosan, atau tidak memiliki fikiran apa-apa, umumnya manusia akan mencari tahu pada jam berapa dia sekarang.
Ok, cukup Intronya, Kepanjangan.
Now lets take a look at the challenge
Sesuatu yang membuatku bahagia, senang, berbunga-bunga. Dalam umur Amarta saat ini, 18 tahun -ia berbagi umur dan tubuh dengan penulis- tidak memungkinkan bagi dia untuk menjawab "uang yang banyak" atau "rumah mewah" bahkan "anak yang berkecukupan. Itu semua untuk mereka yang punya latar belakang lain. Uang yang banyak bagi mereka yang didesak masalah finansial, Rumah Mewah untuk orang yang sempat bersusah payah tinggal dengan nyaman. Anak berkecukupan? -Are u kidding?- Mimpi Amarta sendiri tidak akan bisa terwujud dalam waktu dekat. Mimpi-mimpi Amarta terpenjara oleh diri penulis sendiri yang punya tuntutan lain dalam Kehidupan nyata.
Lahirlah simpul dari surga, ia adalah penarik ide utama dari perbincangan ini. Ternyata Sama dengan waktu, Apa yang membuat bahagia cenderung Relatif, bergantung pada variabel lain yang mempengaruhi. Orang yang sakit pinggang butuh painkiller untuk meredakan rasa sakit, dan ia akan bahagia. Seorang yang kedinginan akan bahagia dengan sebuah selimut dan coklat panas jahe hangat (Referensi Pribumi). Apabila kamu memberikan itu pada seorang ditengah kemacetan pukul 12.00 Siang, mungkin hanya caci maki yang kamu dapat. Variabel luar yang mempengaruhi Amarta saat ini barangkali adalah rasa sepi, dia ada dalam sangkar yang berwujud manusia, Idenya tidak bisa keluar begitu saja. Dia butuh teman cerita, untuk meyakinkan, atau mengkoreksi. Apakah fikiranya itu benar? Atau salah. Amarta butuh seorang teman.
Selain Relatif, bahagia juga sama dengan perasaan lain. Bahagia dapat dimanipulasi sesuka hati. Contohnya, orang bisa saja berkata maaf, tapi tidak ada yang pernah mengetahui bagaimana morfologi perasaan orang tersebut. Ia bisa jadi seekor singa raksasa yang murka, atau memang maaf saja, yang penuh keikhlasan. Lagi-lagi, bisa saja orang mengatakan nasi bungkus sangat sedap, karena ia baru makan selama satu hari penuh. Di luar sana, ada orang yang membuang makanan bernilai ratusan dollar karena ia adalah seorang juri kompetisi memasak. Peserta kompetisi masak bisa saja sedih, tapi secara rasional, kita tau dia bisa senang karena bisa mendapat perbaikan dari tindakan juri. Bahagia itu relatif dan dapat dimanipulasi
Eittss mohon ampun pembaca yang budiman[sorry][sorry], gak suruh ngomongin makna bahagia. Tapi apa yang membuat Amarta bahagia, iyaa iyaa. Seperti yang diungkapkan diatas, Amarta butuh teman dan validasi untuk bahagia saat ini. Kalo ga dikasih alasan, Artikelnya kependekan, Hehe. Tapi alasanya? Okay, Amarta adalah melankolis, dan pemikir yang muter-muter, kepribadianya yang cenderung mudah terenyuh mengakibatkan fikiranya tidak berkembang dengan cepat karena tidak tahan dengan kenyataan yang pahit, bahwa gagasanya bisa saja tidak relevan, tidak logis, atau tidak rasional. Teman yang dapat beradu fikiran dengan Amarta akan menjadi sosok yang membahagiakan, Amarta bisa tau dimana dia keliru dan dimana dia benar-benar menemukan kebijaksanaan.
Padahal, kalo sesuai challenge, Amarta mungkin hanya dapat menjawab dua kata saja, Teman, dan Validasi. Tapi setidak asik apa itu? Bayangkan.
#30DWC #30DWC2
No proofreading, no preview, no draft. Just me and my clumsy keyboard
Amarta
Notes : #30DWC adalah seri tulisan mengenai sebuah tantangan 30 hari menulis mengenai hal acak yang sudah ditentukan sebelumnya, Seri ini bertujuan untuk berbagi cerita dan pembelajaran penulisan rutin untuk penulis. Seri ini dapat ditemukan di menu navigasi bagian "30DWC". Apakah kamu ingin mengikutinya juga? Silahkan kontak penulis melalui komentar, email, atau mana saja untuk bertukar fikiran. Jika kamu memiliki blog, mari saling mengikuti.
Komentar
Posting Komentar