If you could run away, where would you go?
Beberapa hari ini saya mengitari
beberapa tempat dan memilih melupakan tantangan menulis 30 hari. Perjelanan ini
menyenangkan, membuka kembali nafas ini untuk kembali ke jalanya. Bukit dan
lautan membangunkan kemurnian diri yang terkubur jauh dalam kulit dan daging
tebal. Daging dan kulit ini berlapis dari hari ke hari semakin tebal, pelaku
penebalan ini tidak lain adalah kewajiban dan tanggung jawab duniawi, lebih tepatnya
peradaban. Mau tidak mau kita harus memikul beban-beban ini bukan? Khususnya jika
ingin bertahan di lingkungan manusia. Pekerjaan, Relasi, semua itu menghabiskan
energi.
Lautan selatan pulau jawa, arus
kencang. Bersebrangan dengan Australia, terlihat sangat luas, tanpa batas setidaknya
untuk mata manusia. Serupa pegunungan, ini memvalidasi perasaan saya mengenai
manusia yang tidak ada apa-apanya dihadapan alam semesta. Sekuat apapun
berlari, dengan mudah nafas sudah terengah-engah. Ombak yang berdebur meraba
indra perasa di kaki-kaki ini, semakin maju, semakin jelas saya rawan terseret.
Sedikit cipratanya memerahkan mata saya dan rasanya perih. Memikirkanya lebih
jauh, di Eropa sana, di Negeri-negeri ini, manusia telah membuat perubahan
besar. Mereka dahulu bersembunyi di gua-gua dan menghindari ancaman. Sekarang
keturunan mereka justru bisa menjadi paling rakus, menduduki puncak rantai
makanan, bahkan saling bunuh untuk kekuasaan. Saya sadar, dengan mimpi dan kemauan,
saya juga adalah bagian dari perubahan besar. Keputusan dan keyakinan saat ini,
sudah pasti punya peluang mengarahkan dunia ini ke wilayah baru, entah baik
atau buruk. Sesuatu yang pasti, setidak-tidaknya saya tidak patut berhenti
berusaha.
Jika saya punya kesempatan lari
dan refleksi diri, saya akan pergi ke lautan dan pegunungan. Mereka tak akan
merespon tangis, mengusap tragis. Gunung dan laut yang termakan terik dan panas
hanya akan mengajarkan bukan mereka yang perlu ditaklukan, tapi diri sendiri. Jika
secepatnya kita berhenti dan berusaha, kita tidak akan bergerak kemana mana.
Salam Hangat
Amarta
Izin bertanya, apakah kaka seorang yang memiliki akun Quora bernama safrudin ilhami?
BalasHapushalo, betul. Maaf baru sadar ada komentar muncul di blog ini
Hapus