#30DWC11 : Talk about my siblings

 Unfornately i dont have any.

    Amarta dan penulis sama-sama solo fighter kehidupan. Anak sematawayang yang disebut-sebut permata ayah dan ibu. Segala request dikabul dengan iya iya iya. Hmmm. Setidaknya begitulah pandangan mengenai kami, anak2 tunggal. Padahal pada beberapa orang, jauh daripada itu. First thing first, konsepsi saudara ini menarik, mereka kadang bisa menjadi saling menguntungkan, teman terakhir dikala saudara2 bukan kandung tidak ada, pelindung dari orang tua yang seenaknya, kawan cerita, ataupun pasangan untuk pukul-pukulan. Daripada terlalu sedikit yang saya torehkan kali ini, saya akan membicarakan mengenai anak tunggal itu sendiri.

Suka Anak Kecil

    Setidaknya ini untuk saya, mereka-mereka yang memiliki adik bahkan lebih dari satu, biasanya sudah gumoh dengan "kerewelan" anak-anak kecil ini, sedangkan anak tunggal umumnya bertemu anak kecil hanya di momen-momen menyenangkan seperti pertemuan keluarga, main ke rumah teman dsb. Anak tunggal memandang anak kecil sebagai "teman" dan "malaikat". Begini, anak tunggal dapat mendapatkan teman yang begitu tulus, dia adalah seorang anak kecil, sering kali anak kecil tidak mempedulikan dari mana kamu, siapa kamu, selama kamu memberikan mainan, makanan atau memberikan kenyamanan dan keamanan pada mereka, anak-anak ini akan setia kepadamu dan pada beberapa kasus mereka dapat membelamu. Meskipun hanya dengan merengek diikuti air mata. Anak kecil membawa pesan, kemanusiaan masih ada pada mereka, kebaikan tanpa memandang suku, agama atau ras.

Kesepian sesekali

     Anak tunggal bisa jadi berkuasa dengan fasilitas yang diberikan orang tua, mereka bebas memanipulasi dirinya. Namun pada beberapa kesempatan anak tunggal tidak serasa kosong tanpa teman di rumah, beberapa orang memilih keluar dan mencari teman di luar, tongkrongan. Beberapa kasus anak tunggal justru memiliki strict parents yang semakin membenarkan sepinya mereka. Kemampuan sosial mereka-mereka terdampak karena tidak terbiasa bersosialisasi, banter-banter ya sama orang tua, selebihnya, klo jd anak baru di lingkungan tertentu yo ngak ngik nguk

Bukan beban berat

    Beban memiliki seorang anak adalah membiayai fasilitas sebelum dia menjadi mandiri dan lepas dari pelukan orang tua. Tapi bagi mereka yang bersaudara, kadang mereka memiliki pertimbangan sebelum mengkonsumsi sesuatu. Orang tua harus memiliki empati lebih, membeli makanan harus merata pada si bungsu dan sulung, anak tengah juga tidak boleh dibedakan. Banyak hal harus sama, jika tidak, dampaknya bisa tidak main-main di masa yang akan datang. Lebih jauh lagi, ketika masuk dunia pendidikan, mereka yang memiliki adik, memikirkan apakah mereka masuk di tahun yang sama. Contoh, si adik masuk SMA bersamaan dengan si kakak yang hendak masuk Kuliah, tentunya ini jadi pertimbangan bukan? sama-sama butuh biaya. Bisa jadi si kakak akan menunda dulu kuliahnya, atau kuliah dengan segalanya yang pas-pasan. Selain itu saudara-saudara ini harus rela "berbagi". Anak tunggal tidak pernah merasakan "lungsuran" berupa pakaian, barang-barang bekas pakai yang lebih tua. Seragam sekolah, barang-barang yang masih layak digunakan, dan sebagainya. 


baik anak tunggal maupun bersaudara punya cerita menariknya masing-masing. Pintar-pintar mereka, mau bersyukur atau tidak, wkwk. 

Notes : #30DWC adalah seri tulisan mengenai sebuah tantangan 30 hari menulis mengenai hal acak yang sudah ditentukan sebelumnya, Seri ini bertujuan untuk berbagi cerita dan pembelajaran penulisan rutin untuk penulis. Seri ini dapat ditemukan di menu navigasi bagian "30DWC". Apakah kamu ingin mengikutinya juga? mari berteman dengan penulis melalui komentar, email, atau mana saja untuk bertukar fikiran. Jika kamu memiliki blog, mari saling mengikuti. 

Salam Hangat

Amarta 






Komentar