Kesan Pertama

Halo, aku adalah seorang pelajar semester akhir di SMA, sebentar lagi menuju dunia yang pasti tidak lunak lagi. Panggil aku Amarta, mungkin akan aku jelaskan nanti kenapa aku memilih nama itu. Tentu saja nama asliku bukan Amarta. 

Sepertinya ini akan jadi tulisan pertama yang aku publikasikan. Sebenarnya banyak draft tulisanku, tapi aku rasa semua belum layak dan cukup berantakan. Aku memang punya keinginan jadi seorang penulis, tapi hanya salah satu dari banyak mimpiku, seperti sederhana namun punya dinamika dalam pemahaman dan tafsiran, serta kerangka fikir sendiri, hidup dalam frasa dan kalimat kalimat yang acak, itulah tulisan. Aku berandai andai kira kira apa yang akan aku torehkan disini, segerombolan artikel kah, perumit rumitan diksi kah, atau hanya akan jadi bengkalai bangkai, karena aku bukan orang yang mudah konsisten, hahaha. Aku bahkan tidak ragu kalau kemampuan PUEBI yang aku miliki tidak memadai untuk menguntai kalimat jadi cerita yang asik untuk dibaca.

Tulisan

Disinilah hal yang menarik dari tulisan juga, meskipun aku tidak pandai dalam tata bahasa, memilih kata yang cukup tepat untuk mengantar pesan, namun ada kalimat yang aku pegang dan berkembang jadi prinsip

"Creedy: Die! Die! Why won't you die?
V: Beneath this mask there is more than flesh Mr Creedy.
V: Beneath this mask there is an idea. And ideas are bulletproof."

Berikut adalah salah satu dialog di adegan film V for Vendetta yang aku tonton ketika aku baru mulai beranjak dewasa dulu

"Ideas are bulletproof. "

Ide tahan akan ancaman, peluru atau belati, infanteri atau penyergapan, ide tidak bisa disentuh, bahkan mengenai penghancuran masif suatu ras, genosida, pengeboman, mereka akan tetap dalam kepala jika berbentuk ide. Orang lebih memperhatikan eksekusi, bukan teori. Begitu misteriusnya ide, tidak dapat diancam, bebas tanpa konsekwensi apa apa, itulah yang kita semua sukai bukan? Seperti pria misterius yang mencuri hatimu, hukum tanpa konsekuensi, kebebasan tanpa batas apapun namanya, sejenis dengan itu. 

Karena eksekusi tersebut diatas yang dapat kujangkau terbatas, mungkin menulis jadi yang paling mudah, menantang dan praktis. Berabad-abad tulisan jadi eksekusi yang valid, dari yang dibutuhkan oleh manusia hingga yang paling rahasia, itu semua tulisan! Dari zaman Batu, Renaisans, perang Dunia, sampai sekarang. Dalam benakku, setiap kata sudah diputar, direpresentasikan, tafsir yang sangat beragam, berlarian kesini kemari, Menyamun kesedihan, melamar suka cita, bermesraan dengan nuansa nuansa budaya yang dibangun peradaban berbeda. Dihadapanku, setiap tulisan punya nyawanya sendiri sendiri, badan yang ajaib dan jiwa yang magis. 

Begitulah wibawa tulis menulis dalam diriku. Gimana ya, magnificent. Kekagumanku pada konsepsi ide Dan perjalanan tulisan dalam lintasan peradaban yang luar biasa. Tentu saja aku kesulitan menemukan alasan untuk tidak mencoba untuk menulis karena semua itu, kecuali karena aku yang tidak konsisten, lemah dan teledor hahahah. 

Further 

Kenyataanya kesan pertama itu penting, beberapa kenalanku tetap jadi olokan hingga sekarang setelah pertemuan pertamanya dihabiskan dengan harga diri yang begitu murah. Menurutku orang memang harus pandai membatasi diri, dari segala sesuatu yang berlebihan, semua hal didunia punya energi untuk jadi potensial dan hasil akhirnya bisa jadi baik atau buruk. Maka akupun tidak akan muluk muluk dalam berkenalan, lagipula ini bukan perkenalan si penulis, tapi pencerita, si ide yang berjalan secara misterius, ide yang sebenarnya tidak begitu jelas kerangkanya, mengawang awang dan bisa saja ditebak, bukan remaja muda yang tidak terlalu tinggi dengan rambut lurus dan muka yang cukup tidak ramah bagi beberapa orang. 

Eitsss

Keceplosan. 

Apalagi yang ingin kusampaikan? Hahaha, aku rasa jika terlalu panjang tulisan ini bakal tidak beraturan, aku remaja yang ingin bisa banyak hal, suka aktivitas luar ruangan meskipun dengan kemampuan fisik yang kadang dapat diragukan. Aku pun tidak bisa menggunakan gesturku, bergaya dengan pakaian atau sepatu, kamu mengenalku hanya dalam untaian kata, bersua pada penafsiran kita yang bisa jadi tepat sama, atau jauh berbeda. Pada intinya keinginanku adalah menyampaikan perasaan, sampai padamu dan dapat melahirkan kepuasan pada masing masing kita. Semoga kita bertemu di lain kata, ya. 

Salam hangat
Amarta




Komentar