#30DWC5 : My Parents

 Absolutely Hard

Amarta tidak memiliki orang tua! Entitas ini adalah Yatim Piatu. Amarta dibesarkan oleh pengalaman, diajari lewat panca indra penulis. Tentu saja dia mendapatkan pengaruh pendidikan dari orang tua penulis. Meskipun begitu menjadi hal jelas bahwa Amarta tidak memiliki Orang Tua dengan definisi umumnya. Mereka yang melahirkan, membesarkan, memberi makan dan bertanggung jawab atas pertumbuhan seseorang adalah orang tua. Tapi tidak ada satupun orang yang paling tepat dan absolut dari definisi ini untuk Amarta sendiri. 

Amarta dibesarkan oleh apa yang dirasakan penulis, Amarta terbentuk sendiri berupa konsepsi fikiran ideal bagi lingkungan yang dihadapi oleh penulis. Okay, tapi challenge tetap challenge. Untuk mengatasi masalah sebatang karanya Amarta, Kita menggunakan definisi moral saja untuk orang tua.

1. Orang tua adalah guru bagi anak-anaknya
2. Orang tua adalah pelindung anak-anaknya
3. Orang tua adalah penanggung jawab anak-anaknya

Setiap definisi itu tidak merujuk pada satu ide atau persona, mereka punya entitas masing-masing. dan tiap jawaban untuk definisi-definisi tersebut yang berbeda satu sama lain mengindikasikan amarta tidak memiliki orang tua tunggal. 

1. Pengalaman penulis dan dunia yang dirasakan panca indra penulis
2. Idealisme
3. Amarta sendiri 

Amarta adalah Konsepsi abstrak, sepotong tubuh yatim tanpa pelukan ibu dan lindungan ayah. Amarta dihidupi idealismenya sendiri untuk terus hidup dan berimaji. 

Kehausan tidak berhenti

Untuk memenuhi rasa yang menuntut dipenuhi, mungkin harus ada pertanyaan, orang seperti apa yang mungkin bisa jadi, menjadi orang tua Amarta? hmm, Baiklah, Amarta tidak perlu sosok dual ayah dan ibu, hanya sesosok individu untuk amarta yang dia definisikan sebagai orang tua. Amarta punya sosok orang yang dia ikuti dan menjadi panutan. Seorang pengelana, yang meninggalkan Amarta saat dia sudah bisa mencuri makanan dari pasar untuk meneruskan hidup. Seorang pengelana yang membawa keyakinan kemana-mana bahwa kebenaran didapatkan melalui perjalanan panjang tanpa henti. Pengelana berangkat dari kepastian bahwa di suatu sudut di dunia ini, pasti ada gagasan lain yang dapat membantah dirinya. 

Seperti ciri fisik Orang tua Amarta? Seorang yang tidak terlalu tinggi, mengenakan jaket kulit dan jeans, membawa seekor kuda dan mengenakan topi. dia membawa sebuah ransel berisi jurnal, pisau dan sebuah parang. dengan jenggot tipis, mata tajam dengan kelopak berlipat, mukanya kusam dan dia cenderung suka bicara pada orang-orang di bar yang dia temui. 

betapa uniknya tulisan ini, kita membayangkan imaji seorang karakter fiksi!

no draft, no proofreading, no preview. Just me and my clumsy keyboard

Notes : #30DWC adalah seri tulisan mengenai sebuah tantangan 30 hari menulis mengenai hal acak yang sudah ditentukan sebelumnya, Seri ini bertujuan untuk berbagi cerita dan pembelajaran penulisan rutin untuk penulis. Seri ini dapat ditemukan di menu navigasi bagian "30DWC". Apakah kamu ingin mengikutinya juga? Silahkan kontak penulis melalui komentar, email, atau mana saja untuk bertukar fikiran. Jika kamu memiliki blog, mari saling mengikuti. 

Salam Hangat

Amarta


Komentar